Rabu, 11 November 2009

Tugas Java 6 november

Program Makanan.java

public class Makanan {
Makanan(String jenis)
{
this.jenis=jenis;
}
protected void rasa()
{

}
public String toString()
{
return "Makan " +jenis;
}
private String jenis;
}


Program Gudeg.java

public class Gudeg extends Makanan
{
Gudeg(String nama)
{
super("Gudeg");
this.nama=nama;
}
public void suara()
{
System.out.println("manis");
}
public String toString()
{
return super.toString()+" "+nama;
}
private String nama;
}




Program Boby.java

import java.util.Random;
public class Boby
{
public static void main(String[] args)
{
Makanan[] kesukaanku={new Manis("Manisan"),new Gudeg("Yogyakarta"),new Mpekmpek("Palembang"),new Soto("Betawi")};
Makanan kesukaan;
Random pilihan=new Random();
kesukaan=makanan[pilihan.nextInt(makanan.length)];
System.out.println("Makanan adalah "+kesuakaan);
System.out.println("Rasanya ");
kesukaan.rasa();
}
}

Rabu, 21 Oktober 2009

Class Sederhana dengan Hinding dan Encapsulation


Method dalam kelas yang sama, yang nilai pada attribute private disebut Method Setter, sedangkan method yang masih dalam kelas yang sama namun mengambil nilai dari attribute private disebut Getter. Dari program yang telah kita buat sebelumnya, kita dapat mengimplementasi Method Getter dan Setter dengan melakukan beberapa perubahan . Sebagai berikut :

Kelas Main :

public class Main {

public static void main(String[] args) {
musiman durian = new musiman();
durian.setNama("durian");
durian.setJenis("memiliki biji ");

System.out.println("Nama :"+durian.getNama()+" ,Jenis :"+durian.getJenis());

tidak musiman kelapa = new tidak musiman();
kelapa.setNama("kelapa");
kelapa.setJenis("tidak memiliki biji ");

System.out.println("Nama :"+kelapa.getNama()+" ,Jenis :"+kelapa.getJenis());

musiman rambutan= new musiman();
rambutan.setNama("rambutan");
rambutan.setJenis("memiliki biji ");

System.out.println("Nama :"+rambutan.getNama()+" ,Jenis :"+rambutan.getJenis());

tidak musiman pisang= new tidak musiman();
pisang.setNama("pisang");
pisang.setJenis("tidak memiliki biji");

System.out.println("Nama :"+pisang.getNama()+" ,Jenis :"+pisang.getJenis());

musiman mangga= new musiman();
mangga.setNama("mangga");
mangga.setJenis("memiliki biji");

System.out.println("Nama :"+mangga.getNama()+" ,Jenis :"+mangga.getJenis());
}
}


Kelas buah :

package buahclass;

public class buah {
private String nama;
private String jenis;


public buah(){

}

public String getDetails(){

return "Name :"+getNama()+ ", Jenis :"+getJenis();
}
public String getNama(){
return nama;
}
public String getJenis(){
return jenis;
}
public void setNama(String n){
this.nama = n;
}
public void setJenis(String j){
this.jenis = j;
}

public void waktu(){

}

}

Kelas musiman :

package buahclass;

public class musiman extends buah{

public musiman(){

}
public String 6 bulan(){
return "setiap 6 bulan";
}

}


Kelas tidak musiman :

package buahclass;

public class tidak musiman extends buah{


public tidak musiman(){

}
public void selalu ada (){

}
}

Tampilan output tidak berubah karena Getter dan Setter hanya menyembunyikan attribute dan method.

Membuat SuperClass dan SubClass menggunakan Java

Class merupakan sarana pengkapsulan kumpulan data dan kumpulan method Java. Contoh yang kita buat kali ini adalah membuat contoh sederhana dari superclass "Buah" yang didalamnya terdapat subclass "Musiman" dan " Tidak musiman" .

Pertama-tama kita buat kelas-kelas untuk menuliskan program utama dan program-program yang tercakup didalam SuperClass . Contohnya dapat dilihat sebagai berikut :


Kelas Main :

public class Main{
public static void main(String[] args){
musiman durian = new musiman("durian","memiliki biji");
tidak musiman kelapa = new tidak musiman("kelapa","tidak memiliki biji");
musiman rambutan = new musiman("rambutan","memiliki biji");
tidak musiman pisang = new tidak musiman("pisang","tidak memiliki biji");
musiman mangga = new musiman("mangga","memiliki biji");

System.out.println(durian.getDetails() );
System.out.println(kelapa.getDetails() );
System.out.println(rambutan.getDetails() );
System.out.println(pisang.getDetails() );
System.out.println(mangga.getDetails() );
}
}


Kelas buah :

public class buah {
public String nama;
public String jenis;

public buah (String n, String j) {
nama = n;
jenis = j ;
}

public String getDetails() {
return "Name : "+nama+, "Jenis : "+jenis ;
}

public void waktu () {
}
}


Kelas musiman :

public class musiman extends buah {
public musiman (String nama, String jenis) {
super (nama, jenis);
}
public String 6 bulan () {
return "setiap 6 bulan" ;
}
}


Kelas tidak musiman :

public class tidak musiman extends buah {
public tidak musiman (String nama, String jenis) {
super (nama, jenis);
}
public String selalu ada() {
}
}


OUTPUT :

init:
deps-jar:
compile:
run:
Nama :durian ,Jenis :memiliki biji
Nama :kelapa ,Jenis : tidak memiliki biji
Nama :rambutan ,Jenis : memiliki biji
Nama :pisang ,Jenis : tidak memiliki biji
Nama :mangga ,Jenis : memiliki biji
BUILD SUCCESSFUL (total time: 0 seconds)

Class Sederhana dengan Hinding dan Encapsulation

Class Sederhana dengan Hinding dan Encapsulation
Dari program yang telah kita buat sebelumnya, kita dapat mengimplementasi Method Getter dan Setter dengan melakukan beberapa perubahan . Sebagai berikut :

Kelas Main :

public class Main {

public static void main(String[] args) {
musiman durian = new musiman();
durian.setNama("durian");
durian.setJenis("memiliki biji ");

System.out.println("Nama :"+durian.getNama()+" ,Jenis :"+durian.getJenis());

tidak musiman kelapa = new tidak musiman();
kelapa.setNama("kelapa");
kelapa.setJenis("tidak memiliki biji ");

System.out.println("Nama :"+kelapa.getNama()+" ,Jenis :"+kelapa.getJenis());

musiman rambutan= new musiman();
rambutan.setNama("rambutan");
rambutan.setJenis("memiliki biji ");

System.out.println("Nama :"+rambutan.getNama()+" ,Jenis :"+rambutan.getJenis());

tidak musiman pisang= new tidak musiman();
pisang.setNama("pisang");
pisang.setJenis("tidak memiliki biji");

System.out.println("Nama :"+pisang.getNama()+" ,Jenis :"+pisang.getJenis());

musiman mangga= new musiman();
mangga.setNama("mangga");
mangga.setJenis("memiliki biji");

System.out.println("Nama :"+mangga.getNama()+" ,Jenis :"+mangga.getJenis());
}
}


Kelas buah :

package buahclass;

public class buah {
private String nama;
private String jenis;


public buah(){

}

public String getDetails(){

return "Name :"+getNama()+ ", Jenis :"+getJenis();
}
public String getNama(){
return nama;
}
public String getJenis(){
return jenis;
}
public void setNama(String n){
this.nama = n;
}
public void setJenis(String j){
this.jenis = j;
}

public void waktu(){

}

}

Kelas musiman :

package buahclass;

public class musiman extends buah{

public musiman(){

}
public String 6 bulan(){
return "setiap 6 bulan";
}

}


Kelas tidak musiman :

package buahclass;

public class tidak musiman extends buah{


public tidak musiman(){

}
public void selalu ada (){

}
}

Tampilan output tidak berubah karena Getter dan Setter hanya menyembunyikan attribute dan method.

Membuat SuperClass dan SubClass menggunakan Java

Membuat SuperClass dan SubClass menggunakan Java

Class merupakan sarana pengkapsulan kumpulan data dan kumpulan method Java. Contoh yang kita buat kali ini adalah membuat contoh sederhana dari superclass "Buah" yang didalamnya terdapat subclass "Musiman" dan " Tidak musiman" .

Pertama-tama kita buat kelas-kelas untuk menuliskan program utama dan program-program yang tercakup didalam SuperClass . Contohnya dapat dilihat sebagai berikut :


Kelas Main :

public class Main{
public static void main(String[] args){
musiman durian = new musiman("durian","memiliki biji");
tidak musiman kelapa = new tidak musiman("kelapa","tidak memiliki biji");
musiman rambutan = new musiman("rambutan","memiliki biji");
tidak musiman pisang = new tidak musiman("pisang","tidak memiliki biji");
musiman mangga = new musiman("mangga","memiliki biji");

System.out.println(durian.getDetails() );
System.out.println(kelapa.getDetails() );
System.out.println(rambutan.getDetails() );
System.out.println(pisang.getDetails() );
System.out.println(mangga.getDetails() );
}
}


Kelas buah :

public class buah {
public String nama;
public String jenis;

public buah (String n, String j) {
nama = n;
jenis = j ;
}

public String getDetails() {
return "Name : "+nama+, "Jenis : "+jenis ;
}

public void waktu () {
}
}


Kelas musiman :

public class musiman extends buah {
public musiman (String nama, String jenis) {
super (nama, jenis);
}
public String 6 bulan () {
return "setiap 6 bulan" ;
}
}

Minggu, 11 Oktober 2009

Perkembangan Bahasa Indonesia

Nama : Boby hendrik Wijaya
Kelas : 3KA16
Npm : 10107352

TUGAS Bahasa Indonesia 1

Sejarah bahasa indonesia
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Sumber:
http://balaibahasabandung.web.id/bdg/index.php?...id..

Peranan Bahasa Indonesia Dalam Konsep Ilmiah


Nama : Boby Hendrik Wijaya

Kelas : 3KA16
Npm : 10107352


Tugas Bahasa Indonesia II

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Konsep Penulisan Ilmiah

Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis- menulis yang distandarisasikan; yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian anda baca.

PEMAKAIAN HURUF

1.Huruf abjad: abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf- huruf: Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt, Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz.

2.Huruf vokal: a, e, i, o, u.

3.Huruf konsonan: b, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

4.Huruf diftong: ai, au, ai.

5.Gabungan konsonan: kh, ng, ny, sy.

PENULISAN HURUF KAPITAL

Huruf kapital dipakai sebagai berikut.

1.Huruf pertama kata pada awal kalimat

2.Huruf pertama petikan langsung

3.Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, termasuk kata ganti

4.Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

5.Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

6.Huruf pertama unsur-unsur nama orang

7.Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

8.Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.

9.Huruf pertama nama geografi.

10.Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata depan atau kata hubung.

11.Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan,lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

12.Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata depan dan kata hubung yang berada di tengah kata.

13.Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

14.Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan.

15.Huruf pertama kata ganti Anda.

PENULISAN HURUF BERCETAK MIRING

1.Menuliskan nama buku, majalah, koran

2.Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan aslinya

3.Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang dipentingkan/dikhususkan

PENULISAN KATA

A.Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis terpisah (berdiri sendiri)

Contoh: Siswa itu rajin.

B.Kata Turunan

1.Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Contoh: bergetar

tulisan

penerapan

memperhatikan

2.Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Contoh: bertumpang tindih

mengambil alih

3.Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh: menggarisbawahi

pertanggungjawaban

4.Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai (a, antar, catur,

maha, mono, multi, pra, pasca, semi ,dsb.)

Contoh: amoral, antar negara, caturwarga, mahasiswa, multiguna, prasejarah, pascasarjana, semifinal.

Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang didahului oleh huruf kapital, di antara kedua unsur itu diberi tanda hubung.

Contoh: non-Indonesia

C.Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung.

Contoh: buku-buku

gerak-gerik

D.Gabungan Kata

1.Gabungan kata / kata majemuk ditulis terpisah

Contoh: orang tua

Rumahsakit

2.Gabungan kata yang mungkin menimbulkan makna ganda, diberi tanda hubung.

Contoh: anak-istri ( anak dan istri)

buku -sejarah baru (buku sejarah yang baru)

buku sejarah- baru (sejarahnya baru)

3.Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai

Contoh:halalbihalal, manakala, barangkali, olahraga, kacamata darmasiswa,apabila,padahal,matahari,dukacita manasuka, kilometer,bilamana, daripada, peribahasa,segitiga, sukacita, saputangan,




E.Kata Ganti



Kata ganti ku, mu, nya, kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya, kecuali pada Mu dan Nya yang mengacu pada Tuhan harus ditulis dengan huruf kapital dan diberi tanda hubung (-).

Contoh: Nasihat orang tua harus kauperhatikan

Anakku, anakmu, dan anaknya sudah menjadi anggota perkumpulan itu.

O, Tuhan kepada-Mulah hamba meminta pertolongan.

F.Kata Depan

Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan seperti kepada dan daripada.

Contoh: Di mana ada gula, di situ ada semut.

Pencuri itu keluar dari pintu belakang.

Mahasiswa itu akan berangkat ke luar negeri.

G.Kata Sandang

Kata si , sang, hang, dang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh: Muhammad Ali dijuluki petinju “si Mulut Besar”.

H.Partikel

1.Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: Pergilah sekarang!

2.Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Contoh:Jika engkau pergi, aku pun akan pergi.

Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.

3.Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’ ditulis terpisah.

Contoh: Harga BBM naik per ! April.

Mereka masuk satu per satu.

Harga kertas Rp 25.000,00 per rim.

I. Singkatan dan Akronim

1.a.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik.

Contoh: Suman Hs..

Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum)

M.B.A. (Master of Business Administrtion)

M.Sc. (Master of Science)

Bpk. (Bapak)

Sdr. (saudara)

b. Singkatan nama resmi lembaga pemasyarakatan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.

Contoh: DPR, GBHN, KTP, PT

c.Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

Contoh: dll. hlm.sda. Yth.

d.Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, mata uang tidak diikuti tanda titik.

Contoh: Cu , cm, kg, Rp

2.a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Contoh: ABRI LAN IKIP SIM

b.Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan

huruf awal huruf kapital.

Contoh: Akabri, Bappenas, Iwapi, Kowani

c.Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret

kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: pemilu,

rapim, tilang.

J.Angka dan Lambang Bilangan

1.Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Contoh: a.Abad XX dikenal sebagai abad teknologi.

b.Abad ke-20 dikenal sebagai abad teknologi.

c.Abad kedua puluh dikenal sebagai abad teknologi.

2.Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut.

Contoh:

a.Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima diperguruan tinggi itu.

b.Kendaraan yang beroperasi di Bandung terdiri atas 1.000 becak angkot, 100 metro mini,

dan 100 bus kota.

3.Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yangtidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat di awal kalimat.

Contoh:

a.Dua puluh mahasiswa mendapat beasiswa dari perusahaan itu.


b.#150orang pegawai mendapat perintah dari pemerintah.(salah)

c.Sebanyak 150 orang prgawai mendapa penghargaan pemerintah.

PEMBENTUKAN ISTILAH DAN PENULISAN UNSUR SERAPAN

Definisi istilah : Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

Khusus dalam bidang peristilahan yang menyangkut 39 bidang

ilmu, Majelis Bhs Ind-Malaysia tengah berusaha membakukan berbagai

istilah bidang ilmu bagi kepentingan dua negara. Majelis BI-M didirikan

pada tanggal 23 Mei 1972 dan mengadakan sidang secara bergantian di

dua negara. Di setiap bidang ilmu ada kurang lebih 500-1000 istilah.

Penciptaan istilah itu dilakukan oleh ahli ilmu pengetahuan masing–

masing, kemudian oleh para ahli bahasa yang tergabung dalam koalisi

istilah itu disesuaikan dengan pedoman pembentukan istilah.

Beberapa sumber bahasa yang dapat dijadikan sumber istilah :

1.Bahasa Indonesia / Melayu

1.1 Kata yang paling tepat mengungkapkan makna konsep, proses, dan keadaan.

- bea => pajak barang masuk dan barang keluar

- cukai => pajak hasil perusahaan atau industri

- pajak => iuran wajib dari rakyat sebagai sumbangan kepada negara.

Pajak kekayaan, tontonan, PBB, dll

1.2 Kata yang paling singkat daripada kata lain yang berujukan sama

- gulma => tumbuhan pengganggu

- suaka => perlindungan

- kosa => perbendaharaan

1.3 Kata yang bernilai rasa baik dan sedap didengar

- pramuniaga => pelayan toko besar

- pembantu => babu/jongos

- karyawan => pekerja / buruh

- pemandu / pramuwisata => penunjuk jalan

2.Bahasa – bahasa daerah serumpun

Bahasa Indonesia masih kekurangan kata–kata yang bernilai rasa atau kata–kata efektif yang melambangkan curahan hati masyarakat. Di antara kata–kata rasa yang sudah sering digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang,

- sempoyongan => terhuyung –huyung seperti hendak jatuh

- bertele – tele => berbicara tidak jelas ujung pangkalnya

- bobrok => rusak sama sekali (bangunan/akhlak)

- nyeri => sakit pada salah satu bagian tubuh

- langka => susah didapat

- lugas => apa adanya (zakelijk)

- tuntas => selesai sepenuhnya

- pesangon => uang untuk karyawan yang diberhentikan

3.Bahasa asing

Pemakaian istilah asing dapat dilakukan apabila memenuhi syarat sbb:

3.1 Istilah asing yang dipilih lebih cocok karena konotasinya atau lebih bermakna tepat jika dibandingkan dengan persediaan kata yang ada

- konfirmasi => penegasan atau pengesahan

- amatir => tanpa bayaran

- logis => masuk akal

- insentif => pendorong / perangsang

- spontan => tanpa diminta – minta / dengan sendirinya

3.2 Istilah asing yang dipilih lebih singkat bila dibandingkan dengan terjemahannya

- dokumen => suratsurat penting yg menjadi bukti

- akulturasi => perpaduan unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain hingga menimbulkan kebudayaan yang baru.

- Urbanisasi

- etiket => cara kesopanan yang dilazimkan

Kadang – kadang terdapat istilah yang diizinkan dipakai dalam

bahasa asing dan bahasa Indonesia.

i.manajer = pengelola

ii.manajemen = pengelolaan

iii.relatif = nisbi

iv.temperatur = suhu

v.klasifikasi = penggolongan

vi.kreativitas = daya cipta

vii.sektor = bidang

viii.sirkulasi = peredaran

ix.realisasi = pelaksanaan

Cara pemasukan istilah asing dapat dilakukan sebagai berikut:

1.Melalui penerimaan secara utuh

Diterima sebagaimana adanya dalam bahasa asalnya. Cara ini

ditempuh jika istilah atau ucapan itu dianggap bersifat internasional

atau jika orang belum menemukan padanannya dalam bahasa

Indonesia, antara lain

x.de jure => menurut hukum

xi.de fakto => menurut kenyataan

xii.doctor honoris causa => doktor kehormatan

xiii.cum laude => dengan pujian

2.Melalui terjemahan

Dalam menerjemahkan istilah asing yang penting ialah kesamaan

makna konteks, bukan makna harfiahnya. Karena itu terjemahan tidak

menghasilkan bentuk berimbang satu lawan satu. Namun kategori

gramatikalnya diperhatikan juga kata benda=kata benda pula.

xiv.brain storming => sumbang saran

xv.up to date => mutakhir

xvi.overlap => tumpang tindih

xvii.bilateral => dua pihak

xviii. feedback => umpan balik

3.Melalui adaptasi : penyesuaian ejaan / sistem bunyi bahasa Indonesia

-integration => integrasi

-research => riset

-university => universitas

PEMAKAIAN TANDA BACA

A.Tanda titik dipakai :

1.pada akhir kalimat;

2.pada singkatan nama orang;

3.pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan;

4.pada singkatan atau ungkapan yang sangat umum;

5.di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, dandaftar;

6.untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu;

7.untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan jangka waktu;

B.Tanda titik tidak dipakai :

1.untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah ;

2.dalam singkatan yang terdiri atas huruf–huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya,yang terdapat di dalam nama

badan pemerintah, lembaga–lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.

3.di belakang alat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.

C, Tanda koma dipakai :

1.di antara unsur–unsur dalam suatu perincian dan pembilangan

2.untuk memisahkan kalimat setara;

3.untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat;

4.di belakang kata seru yang terdapat pada awal kalimat;

5.di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat;

6.untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain;

7.di antara unsur-unsur alamat yang ditulis berurutan;

8.untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya;

9.di antara nama orang dan gelar akademik;

10. di muka angka persepuluhan;

11. untuk mengapit keterangan tambahan, atau keterangan aposisi.

D. Tanda titik koma dipakai :

1.untuk memisahkan bagian–bagian kalimat yang sejenis dan setara;

2.untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

E. Tanda titik dua dipakai :

1.pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian;

2.sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian;

3.dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan

4.kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan;

5.di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab – kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan (karangn Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah Studi, sudah terbit).

F.Tanda hubung (-) dipakai :

1.untuk menyambung suku–suku kata dasar yang terpisah karena pergantian baris;

2.untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya;

3.menyambung unsur–unsur kata ulang;

4.menyambung huruf kata yang dieja;

5.untuk memperjelas hubungan bagian–bagian ungkapan;

6.untuk merangkaikan se- dengan angka, angka dengan an, singkatan huruf besar dengan imbuhan atau kata;

7.untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

G.Tanda pisah (--) dipakai :

1.untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi pelajaran(kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh

2.untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi

lebih jelas (Rangkaian penemuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta).

3.di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara nama

dua kota yang berarti ‘ke’ atau sampai (1945 – 1950 :Bandung Jakarta).

H. Tanda elipsis (. . .) dipakai :

1.untuk menggambarkan kalimat yang terputus : Misalnya : Kalau begitu … ya,

marilah kita berangkat.

2.untuk menunjukan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan :

Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan . . . akan diteliti lebih lanjut.

I. Tanda petik (‘. . .’) dipakai :

1.mengapit petikan langsung;

2.mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat;

3.mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal.

J.Tanda petik tunggal (‘…’) dipakai :

1.mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan petikan lain, misalnya :

Tanya basri, “Kaudengar bunyi ‘kring – kring tadi’?

2.mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing,

misalnya :

rate of inflation ‘laju inflasi’.

K.Tanda garis miring (/) dipakai :

1.dalam penomoran kode surat,

misalnya : No. 7/ PK/ 1983 ;

2.sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat,

misalnya:

mahasiswa / mahasiswi, hanya Rp 30,00 / lembar, Jalan Banteng

V / 6.


L. Tanda penyingkat atau apostrop (‘) dipakai :

Menunjukkan penghilangan bagian kata,

Misalnya : Amin ‘kan kusurati (‘kan =akan) Malam ‘lah tiba

(‘lah=telah

Sumber : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf.